Saturday, August 3, 2013

PERLUKAH BBM NAIK ?



Masyarakat Indonesia akhir-akhir ini tengah dilanda kebingungan. Bukan karena presidennya rangkap jabatan, bukan karena semakin banyak artis yang mencalonkan diri menjadi anggota legisalif melainkan bingung akan salah satu kebutuhan yang tidak pernah dimasukkan dalam kebutuhan pokok namun seakan menjadi denyut nadi ekonomi masyarakat, ya BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi

Presiden telah memberi sinyal bahwa akan ada kenaikan harga BBM bersubsidi dalam waktu dekat ini. Presiden telah mengatakan dalam konferensi persnya bahwa kenaikan BBM diprediksi akan jatuh pada bulan juni 2013 besok seiring dengan selesainya R-APBN 2013. Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi dalam upayanya menjaga kesehatan fiskal. Pemerintah merasa jika anggaran bersubsidi tidak dikendalikan maka defisit dapat membengkak mencapai Rp 353,6 triliun atau 3,83 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Ini membuat pemerintah melanggar ketentuan Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasalnya, dalam UU, batas defisit anggaran yang diperbolehkan ialah 3 persen.
Berita ini sungguh membuat bingung jutaan masyarakat Indonesia, pasalnya roda penggerak ekonomi masyarakat adalah BBM bersubsidi yang paling masuk akal di tengah mahalnya alat transportasi yang lain. Kenaikan harga BBM ini jelas sejelas-jelasnya akan memicu inflasi besar-besaran. Kenaikan yang diprediksi mencapai 2000 rupiah/liter tentu akan menambah banyak biaya pada transportasi yang dimana jelas para pedagang akan menaikkan harga jual mereka. Hal ini diperparah dengan berdekatannya kenaikan harga BBM dengan bulan suci Ramadhan dimana biasanya harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Inflasi besar-besaran jelas berdampak pada industri kalangan kecil dan menengah, jika tidak mampu menyeimbangkan neraca keuangannya maka akan banyak industri kecil yang gulung tikar.
Efek inflasi ini sudah dapat kita lihat dampaknya sekarang.  Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jawa Timur memutuskan untuk menaikkan tarif angkutan bus antar kota. Tarif baru itu akan mulai diterapkan pada 4 Mei mendatang seiring dengan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi (Tempo, Kamis 2 Mei 2013). Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Ahmad Erani Yustika memprediksi kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar 30 persen mendorong inflasi ke level 9 persen dan mengerek jumlah penduduk miskin minimal naik 1.5% per tahun (Tempo, Rabu 1 Mei 2013)

Maka persoalan BBM ini tidak lagi menjadi urusan remeh namun sudah menjadi top priority yang keputusannya harus kita kawal bersama. Sebenarnya apa akar permasalahan dari BBM bersubsidi ini ? Tentu banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Penulis berfokus pada tingginya kebutuhan Indonesia terhadap impor minyak di tengah banyaknya sumber cadangan minyak di negara ini.

Menurut Wakil Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, kebutuhan BBM dan minyak mentah nasional 40%nya dipenuhi melalui impor asing. Tentu jika kita mengimpor bahan maka kita harus menyesuaikan dengan harga minyak dunia yang naik turun seiring dengan adanya konflik di timur tengah. Pada Januari 2013, harga Indonesian Crude Price (ICP) mencapai US$ 111,07 per barel, dikatakan harga bisa naik turun bergantung pada peningkatan permintaan minyak di Amerika Serikat dan Eropa akibat musim dingin yang ekstrem dan konflik yang terus terjadi di tumur tengah. 

Hal ini menunjukkan tidak berdayanya kita terhadap tekanan asing. Padahal Indonesia memiliki cadangan sumber minyak bumi yang mumpuni. Data Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa sumber daya minyak bumi di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 56,6 milyar barel. Indonesia memiliki 60 cekungan minyak bumi yang tersebar di berbagai pelosok Nusantara. Dari jumlah itu, baru 23 persen atau 14 cekungan yang sudah dieksplorasi dalam 30 tahun terakhir. Akibatnya, cadangan minyak bumi di 14 cekungan terkuras habis dan tinggal tersisa sembilan miliar barrel. Belum lagi dari 14 cekungan yang dieksplorasi berapa yang dikuasai sendiri oleh Pertamina selaku kontraktor utama negara. Semuanya habis dimakan oleh perusahaan asing.

 Inilah salah satu akar permasalahan yang tidak pernah dilirik, dibahas atau jarang didiskusikan, lihat saja apa yang akan dilakukan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono dalam menghadapi kenaikan BBM. Pemerintah akan memperbanyak jumlah pemberian beras bagi masyarakat miskin (raskin), cakupan pemberian Bantuan Siswa Miskin (BSM) akan diperluas, Program Keluarga Harapan (PKH) yang ditujukan kepada masyarakat yang sangat-sangat miskin, tetapi masih memiliki anak sekolah. Tidak tercantum perbaikan sarana prasarana penunjang sekolah, beasiswa ke luar negeri untuk mempelajari secara khusus pengolahan minyak mentah dan pembangunan anjungan lepas pantai dan lainnya. 

Ketidak mampuan pemerintah mengelola sisa 46 cekungan ini adalah minimnya teknologi yang ada dan sumber daya manusia yang dimiliki bangsa ini karena posisi cekungan yang berada di tengah laut. Kalau saja kita mampu mengolah sendiri minyak kita sehingga mampu memenuhi 40 % sisa kebutuhan minyak kita tentu tidak akan terjadi gonjang-ganjing yang sedimikian hebat. Pemerintah terlalu mengobral aset kita dalam kedok investasi asing. Cekungan minyak itu berada di negara Indonesia, seharusnya minyak itu dinikmati oleh rakyat Indonesia sesuai dengan amanat UUD 1945. Pemerintah terlalu berfokus pada pemenuhan kebutuhan dalam jangka pendek namun mengabaikan kebutuhan jangka panjang. Teknologi dan sumber daya manusia itulah kebutuhan jangka panjang. Perlu orang-orang pintar untuk mengelola negara ini bukan orang yang jual popularitas. Masyarakat sudah terlalu lelah dengan kondisi politik negara ini yang semakin hari semakin banci saja, jangan ditambah dengan persoalan ekonomi yang sebetulnya bisa kita cegah kalau pemerintah tidak hanya berpikir dengan IMF.


Sumber :
Kementrian ESDM. 2011. Peluang Investasi Sektor ESDM.
http://helmidadang.wordpress.com/2012/12/29/cadangan-minyak-bumi-di-indonesia/
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/01/092477246/Harga-BBM-Naik-Penduduk-Miskin-Tambah-15-Persen
http://www.merdeka.com/uang/kenaikan-harga-bbm-buat-harga-barang-melonjak-200-persen.html

No comments:

Post a Comment