hello blogger ! saya punya sedikit artikel nih, semoga bermanfaat
KEBAKARAN HUTAN dan HUBUNGANNYA DENGAN GREEN HOUSE EFFECT (Efek Rumah Kaca)
Oleh :
Rezha Eka Firmansyah / XII IPA 1 / 08
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Namun gangguan terhadap sumberdaya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat.
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Gangguan asap karena kebakaran hutan Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi batas negara.
Beberapa tahun terakhir kebakaran hutan terjadi hampir setiap tahun, khususnya pada musim kering. Kebakaran yang cukup besar terjadi di Kalimantan Timur yaitu pada tahun 1982/83 dan tahun 1997/98. Pada tahun 1982/83 kebakaran telah menghanguskan hutan sekitar 3,5 juta hektar di Kalimantan Timur dan ini merupakan rekor terbesar kebakaran hutan dunia setelah kebakaran hutan di Brazil yang mencapai 2 juta hektar pada tahun 1963 (Soeriaatmadja, 1997).
Kemudian rekor tersebut dipecahkan lagi oleh kebakaran hutan Indonesia pada tahun 1997/98 yang telah menghanguskan seluas 11,7 juta hektar. Kebakaran terluas terjadi di Kalimantan dengan total lahan terbakar 8,13 juta hektar, disusul Sumatera, Papua Barat, Sulawesi dan Jawa masing-masing 2,07 juta hektar, 1 juta hektar, 400 ribu hektar dan 100 ribu hektar (Tacconi, 2003).
Kerusakan hutan ini membawa dampak global yang sangat signifikan. Penggundulan hutan untuk perkebunan berhubungan erat dengan kebakaran hutan dan mengeringnya lahan gambut yang memberi kontribusi besar pada peningkatan emisi gas rumah kaca di indonesia. Menurut Wetlands International, dan bank dunia, Indonesia menempati posisi ketiga penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Cina, dan di atas Brazil yang kerusakan hutannya juga menaikkan emisi gas rumah kaca secara signifikan. Dalam laporan Stern-yang disusun oleh pemerintah inggris untuk menginvestigasi dampak ekonomi dari perubahan iklim- menemukan bahwa musnahnya hutan alami di seluruh dunia setiap tahun telah menghasilkan emisi lebih besar dibanding sektor transportasi.
Lalu apakah yang dimaksud dengan efek rumah kaca tersebut ? Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Disebutkan juga efek rumah kaca adalah proses dimana radiasi termal dari permukaan planet diserap oleh gas rumah kaca di atmosfer, dan kembali terpancar ke segala arah.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.
Penyebab dari efek rumah kaca ini sendiri dapat disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke Bumi:
• 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
• 25% diserap awan
• 45% diserap permukaan bumi
• 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Kemudian apa bahaya dari efek rumah kaca sendiri ? Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut, sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia ternyata dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kebakaran hutan tersebut dapat menyebabkan peningkatan suhu bumi, yang berakibat pada pemanasan global atau global warming. Untuk mencegah peningkatan emisi gas rumah kaca, butuh kerja sama semua pihak agar keadaan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hutan berfungsi secara tidak langsung dalam penyimpanan dan penyerapan karbon sehingga apabila terjadi kerusakan hutan dan terlebih lagi pembakaran hutan secara ilegal, maka hal tersebut akan berpengaruh dalam peningakatan emisi gas rumah kaca (GRK) penyebab global warming.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment